Perbandingan APBN Saudi, Iran, Mesir, Turki, Pakistan, Bangladesh, UEA, Malaysia, Nigeria

Share:

Anggaran nasional mencerminkan prioritas kebijakan fiskal sebuah negara dalam satu tahun anggaran. Setiap tahun pemerintah menyusun anggaran yang mencakup belanja pemerintahan, program sosial, pembangunan infrastruktur, dan sektor prioritas lainnya. Perbandingan anggaran berbagai negara besar dan berkembang memberikan gambaran tentang skala fiskal di berbagai belahan dunia.

Arab Saudi mengesahkan anggaran negara 2026 senilai sekitar USD 350 miliar, yang setara dengan belanja pemerintah yang sangat besar di kawasan Timur Tengah. Anggaran ini mencerminkan fokus Riyadh dalam mendorong pembangunan infrastruktur, proyek strategis, dan diversifikasi ekonomi dari ketergantungan minyak melalui Vision 2030.‎

Jika dikonversi ke Rupiah, dengan asumsi kurs 1 USD ≈ Rp 15.500, maka anggaran Saudi tersebut mencapai sekitar Rp 5.425 triliun. Nilai ini jelas jauh lebih besar dibandingkan dengan anggaran nasional banyak negara lain di dunia, terutama bila dibandingkan dengan negara berkembang.

Iran memiliki anggaran tahunan yang sangat tinggi tetapi juga defisit besar; meskipun jumlah totalnya tidak sering dikutip dalam USD secara publik, pembahasan anggarannya menunjukkan tekanan fiskal yang signifikan dan alokasi besar terutama untuk belanja militer akibat kondisi geopolitik dan ekonomi dalam negeri.‎

Mesir menyetujui anggaran sekitar USD 91 miliar untuk tahun fiskal 2025/26, yang digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan publik, subsidi, dan layanan sosial di tengah program reformasi Fiskal yang didukung IMF.‎

Untuk Uni Emirat Arab (UEA), anggaran federal tahun 2025 tercatat AED 71,5 miliar (sekitar USD 19,5 miliar). Anggaran ini mencerminkan pengelolaan fiskal yang seimbang antara pendapatan dan belanja, termasuk pengembangan infrastruktur serta layanan publik.‎

Pakistan mengalokasikan anggaran federal sekitar Rs 17,6 triliun (± USD 62 miliar) untuk tahun 2025‑26, dengan fokus pada pertumbuhan ekonomi serta alokasi kebutuhan dasar negara.‎

Bangladesh menyusun anggaran nasional sekitar Tk 7,90 triliun, yang bila dikonversi kasar ke USD berada di kisaran puluhan miliar dolar, mengingat nilai tukar dan ukuran ekonominya yang sedang berkembang. Anggaran ini mencerminkan upaya pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dan pembiayaan layanan publik.‎

Malaysia memasang anggaran nasional tahun 2025 sebesar RM 421 miliar (≈ USD 98 miliar) dengan fokus pada reformasi fiskal, pembangunan infrastruktur, serta ekspansi layanan publik. Ini menjadikan anggaran Malaysia lebih besar dibanding banyak negara berkembang di Asia Tenggara.‎

Nigeria, sebagai negara berpenduduk terbesar di Afrika, memiliki anggaran nasional yang disetujui sekitar USD 36,6 miliar untuk 2025. Anggaran ini digunakan untuk berbagai program sosial, keamanan, dan infrastrukturnya di tengah tantangan ekonomi domestik.‎

Untuk Turki, data lengkap angka total anggarannya untuk 2025 belum tersedia secara resmi, tetapi laporan menunjukkan adanya tekanan fiskal dan defisit dalam neraca anggaran pemerintah akibat kebutuhan sosial, subsidi, dan dampak ekonomi global.

Jika kita bandingkan dengan APBN Indonesia 2025 sekitar USD 230 miliar (≈ Rp 3.565 triliun), anggaran Saudi lebih dari 1,5 kali lipat APBN Indonesia, sedangkan anggaran Malaysia juga signifikan mendekati separuhnya, dan anggaran Mesir serta Pakistan menunjukkan skala menengah dalam konteks global.

Negara‑negara berkembang seperti Nigeria dan Bangladesh memiliki anggaran yang lebih kecil dibanding negara seperti Saudi atau Malaysia, tetapi masih mencerminkan kebutuhan besar untuk layanan dasar dan program sosial di tengah populasi besar mereka.

Perbandingan ini juga memperlihatkan ketergantungan fiskal pada sumber daya alam di negara seperti Saudi, UEA, dan Nigeria, sedangkan negara lain seperti Malaysia dan Pakistan menyeimbangkan antara belanja pembangunan dan layanan sosial.

Dalam konteks Asia Tengah, Iran menampilkan situasi unik dengan anggaran besar sekitar USD 107 miliar yang dipengaruhi oleh tekanan geopolitik, subsidi energi, dan peran keamanan negara dalam alokasi fiskal.

Anggaran negara seperti Mesir, Pakistan, dan Bangladesh menggambarkan prioritas fiskal di negara berkembang yang fokus pada stabilitas ekonomi serta pembangunan sosial sambil menghadapi tantangan defisit dan tekanan inflasi.

Negara‑negara kaya minyak seperti Saudi dan UEA memiliki anggaran yang besar untuk pengembangan proyek strategis dan layanan publik, tetapi juga menghadapi tantangan seperti defisit fiskal yang harus diatasi melalui reformasi ekonomi.‎

Sementara itu, anggaran untuk negara berpenduduk besar seperti Indonesia menunjukkan skala belanja yang signifikan untuk layanan publik, infrastruktur, dan kebutuhan pemerintahan, yang tetap lebih besar dibanding banyak negara berkembang lain.

Secara global, anggaran negara mencerminkan prioritas pembangunan, struktur ekonomi, dan tantangan fiskal masing‑masing pemerintahan, dari negara kaya sumber daya hingga negara berpenduduk besar yang tengah berkembang.

Perbedaan skala anggaran antarnegara menunjukkan bagaimana dimensi fiskal dan ekonomi bisa sangat berbeda antara satu negara dengan lainnya, tergantung pada kekayaan sumber daya alam, ukuran ekonomi, dan prioritas politik fiskal masing‑masing pemerintahan.

Sementara Saudi dan Iran memiliki anggaran besar karena kekayaan energi, negara seperti Malaysia dan Pakistan mengelola anggaran menengah untuk menyeimbangkan pembangunan dan layanan publik.

Negara‑negara dengan anggaran lebih kecil seperti Nigeria dan Bangladesh harus menyesuaikan belanja mereka dengan kebutuhan besar masyarakat, termasuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, dengan sumber daya yang terbatas.

Perbandingan ini memberikan perspektif bahwa besaran anggaran nasional bukan sekadar angka besar, melainkan cerminan strategi ekonomi dan tantangan sosial yang dihadapi setiap negara dalam lanskap geopolitik dan ekonomi global saat ini.

Tidak ada komentar