LUMBANJULU NEWS -- Ketika kapal hidro oseanografi terbaru TNI AL jenis OCEA OSV190 SC WB, yakni KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934 tiba di Tanah Air, salah satu wahana andalan yang dibawanya adalah drone bawah laut, atau disebut AUV (Autonomous Underwater Vehicle) yang sanggup menyelam hingga kedalaman 3.000 meter. Namun jauh sebelum itu, para insinyur di Indonesia juga sudah mampu meluncurkan prototipe AUV.
Dikembangkan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan ITB (Institut Teknologi Bandung), sejak tahun 2004 telah dirintis pembuatan AUV yang diberinama “Sotong.” Diambil dari nama hewan laut, Sotong AUV telah diuji coba beberapa kali, seperti di kawasan waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Sotong AUV dirancang untuk misi surveillance di bawah permukaan laut.
Dengan Sotong, operator di permukaan laut bisa melihat keadaan di dalam air secara realtime dengan menggunakan video yang dikirim dari kamera yang terdapat didalam wahana, dan Sotong mampu bergerak dengan panduan perangkat GPS (Global Positiong System). Secara teori, Sotong sanggup menyelam di kedalaman 100 – 200 meter (20 Bar), meski dalam uji coba baru bisa dilakukan maksimum sampai kedalaman 50 meter.
Sebagai penggerak digunakan baterai 150 Volt DC.15AH, baling-baling yang digunakan menggunakan tiga impeler dengan daya dorong cukup kuat. Sebagai elemen kendali, Sotong dilengkapi tiga sayap pengarah yang memungkinkan sotong bergerak dengan lurus. Seperti halnya AUV Hugin 1000 yang ada di KRI Rigel 933, semua tenaga AUV dihasilkan oleh baterai.
Kendali komunikasi Sotong AUV dapat dilakukan lewat manual (remote) dari ruang kendali di kapal permukaan, atau bisa juga dioperasikan secara otonom (autonomous). Beberapa peragkat yang dibenamkan pada Sotong mencakup depth sensor, leak sensor, acoustic modem, obstabcle avoidance sonar, kamera bawah air, sensor proximity, dan lampu.
Dalam pengembangan AUV, problem kualitas material menjadi perhatian penting, mengingat pada kedalaman 200 meter wahana rawan mengalami kebocoran akibat tekanan bawah air. Selain banyak berperan untuk misi penelitian sipil di bawah laut, AUV punya peranan strategis dalam peranan misi intai dan buru ranjau. Sebagai implementasinya, BPPT sebagai media penerapannya sudah berkerjasama dengan pihak Kementerian Pertahanan untuk mengembangkannya.
Setelah berhasil meluncurkan prototipe Sotong, selanjutnya akan dibangun “Bajul,” AUV ini digadang dapat menyelam hingga kedalaman 2.000 meter, kabarnya AUV yang lebih baru akan lebih handal kinerjanya dalam misi intai dan dilengkapi teknologi anti sonar, sehingga bisa bergerak layaknya pesawat stealth. (Danar) (indomiliter)
Spesifikasi Sotong AUV
– Dimensi : 4,454 x 0,952 meter
– Diameter : 737 mm
– Berat di permukaan : 370 kg
– Berat di dalam air : 378 kg
– Payload : Side scan sonar
– Kedalaman Operasi : 100 – 200 meter
– Kecepatan Jelajah : 4 knots
– Navigasi : USBL tracking system,Obstacle Avoidance sonar, dan Inertial Measurement Unit
– Propulsi: 3 Vector Thruster (@ 1 Hp, 300N ) (sumber)
Dikembangkan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan ITB (Institut Teknologi Bandung), sejak tahun 2004 telah dirintis pembuatan AUV yang diberinama “Sotong.” Diambil dari nama hewan laut, Sotong AUV telah diuji coba beberapa kali, seperti di kawasan waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Sotong AUV dirancang untuk misi surveillance di bawah permukaan laut.
Dengan Sotong, operator di permukaan laut bisa melihat keadaan di dalam air secara realtime dengan menggunakan video yang dikirim dari kamera yang terdapat didalam wahana, dan Sotong mampu bergerak dengan panduan perangkat GPS (Global Positiong System). Secara teori, Sotong sanggup menyelam di kedalaman 100 – 200 meter (20 Bar), meski dalam uji coba baru bisa dilakukan maksimum sampai kedalaman 50 meter.
Sebagai penggerak digunakan baterai 150 Volt DC.15AH, baling-baling yang digunakan menggunakan tiga impeler dengan daya dorong cukup kuat. Sebagai elemen kendali, Sotong dilengkapi tiga sayap pengarah yang memungkinkan sotong bergerak dengan lurus. Seperti halnya AUV Hugin 1000 yang ada di KRI Rigel 933, semua tenaga AUV dihasilkan oleh baterai.
Kendaraan bawah laut Hiu Merah buatan Robo Marine, tapi hanya kedalaman 300 meter |
Kendali komunikasi Sotong AUV dapat dilakukan lewat manual (remote) dari ruang kendali di kapal permukaan, atau bisa juga dioperasikan secara otonom (autonomous). Beberapa peragkat yang dibenamkan pada Sotong mencakup depth sensor, leak sensor, acoustic modem, obstabcle avoidance sonar, kamera bawah air, sensor proximity, dan lampu.
Dalam pengembangan AUV, problem kualitas material menjadi perhatian penting, mengingat pada kedalaman 200 meter wahana rawan mengalami kebocoran akibat tekanan bawah air. Selain banyak berperan untuk misi penelitian sipil di bawah laut, AUV punya peranan strategis dalam peranan misi intai dan buru ranjau. Sebagai implementasinya, BPPT sebagai media penerapannya sudah berkerjasama dengan pihak Kementerian Pertahanan untuk mengembangkannya.
Setelah berhasil meluncurkan prototipe Sotong, selanjutnya akan dibangun “Bajul,” AUV ini digadang dapat menyelam hingga kedalaman 2.000 meter, kabarnya AUV yang lebih baru akan lebih handal kinerjanya dalam misi intai dan dilengkapi teknologi anti sonar, sehingga bisa bergerak layaknya pesawat stealth. (Danar) (indomiliter)
Spesifikasi Sotong AUV
– Dimensi : 4,454 x 0,952 meter
– Diameter : 737 mm
– Berat di permukaan : 370 kg
– Berat di dalam air : 378 kg
– Payload : Side scan sonar
– Kedalaman Operasi : 100 – 200 meter
– Kecepatan Jelajah : 4 knots
– Navigasi : USBL tracking system,Obstacle Avoidance sonar, dan Inertial Measurement Unit
– Propulsi: 3 Vector Thruster (@ 1 Hp, 300N ) (sumber)
Tidak ada komentar
Posting Komentar